Halaman

Jumaat, 15 Oktober 2010

Mekar Sejambak

Hadirmu umpama titian yang panjang
seusia hidup umpama selama-lama hayat berkumandang
Tatkala menerjah lahir dari impian
gelora rasa menekan hati dan perasaan
sayup-sayup rasa kedengaran
degupan jantungmu makin melupakan
mekarmu sejambak semakin hilang
kesepian rasa membungkam perasaan

Dulu janjimu kuatkan tujuan
tiada impianmu tanpa kerelaan
meskipun jiwamu hancur dengan tangisan
mekar cintamu sejambak sayu kini menghilang
mekar sejambak kucup tanpa kekuatan

Aduhai impian
takdirkah kita dengan harapan
sedang hatimu musnah dek kepekatan
terasa petawali yang ditelan..
Mekar sejambak kini kucup dari impian...

Khamis, 7 Oktober 2010

Setitik Air Mata

Dalam menghadapi kehidupan ini, kita sudah pasti selalu menitiskan air mata meskipun setitik. Apatah lagi sekiranya ada dikalangan kita yang sepertinya sentiasa bersiap sedia untuk melihat dan memandang silap kita sahaja. Maklumlah ada yang merasakan diri mereka sahaja benar dan diri orang lain itu adalah salah. Tapi bagi saya itu semua terserahlah dengan individu itu sendiri, kalau sudah sifat orang itu suka menjaga dan mengata orang lain memang akan selalu jadi seperti itu juga. Dan saya percaya, barangkali dia telah didik dari kecil oleh kedua orang tuanya untuk mengata orang, jadi hasilnyapun begitulah.

Cuma saya teringat satu pepatah orang bijak pandai, katanya, sekiranya kita tidak pernah mengirimkan seseorang itu setitikpun kebahagiaan untuk dirinya, maka berusahalah kita agar tidak mengirimkan walau sebesar zarahpun kesulitan untuk dirinya. Jadi pada saya, tetap pada pendirian, meskipun saya terpaksa menitiskan air mata atas apa yang dilakukan mereka itu, namun, saya berdoa agar dapat berlapang dada dan dapat menerima apa adanya, dan bermohonlah aku pada Allah SWT, semoga masih diberi kekuatan untuk tidak menyimpan dendam apatah lagi membalas perbuatan mereka.

Setitik air mataku tertumpah, seluas padang sahara aku menadah dan bermohon, semoga Allah SWT kabuklan segala permohonan dan doaku selama ini.